Kamis, 12 April 2012

I Want To Be


source: islamicquotes.tumblr.com

Rabu, 29 Februari 2012

Nasehat Syaikhul Islam Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah.


Syaikhul Islam Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz berata :
"Segala puji bagi Allah, Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada rasul-Nya, Nabi kita Muhammad, keluarganya dan sahabatnya. Adapun setelah itu :Adalah tidak diragukan lagi, bahwasanya menuntut ilmu termasuk seutama-utama amalan yang dapat mendekatkan diri ...kepada Allah, termasuk sebab-sebab kesuksesan meraih surga dan kemuliaan bagi pelakunya. Termasuk hal yang terpenting dari perkara-perkara yang penting adalah mengikhlaskan diri dalam menuntut ilmu, menjadikan menuntutnya karena Allah bukan karena selain-Nya. Dikarenakan yang demikian ini merupakan jalan yang bermanfaat baginya dan juga merupakan sebab diperolehnya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.

Dan sungguh telah datang sebuah hadits dari Nabi صلی الله عليه وسلم, bahwasanya beliau bersabda.”Artinya : Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu dengan mengharap wajah Allah, tidaklah ia mempelajarinya melainkan untuk memperoleh harta dunia, dia takkan mendapatkan harumnya bau surga di hari kiamat.” [Dekeluarkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan}.

Dan dikeluarkan pula oleh Turmudzi dengan sanad yang di dalamnya ada kelemahan, dari Rasulullah صلی الله عليه وسلم beliau bersabda.

"Artinya : Barangsiapa menuntut ilmu dengan maksud untuk membantah ulama, atau mengumpulkan orang-orang bodoh atau memalingkan wajah-wajah manusia kepada-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.".

Maka kunasehatkan kepada tiap-tiap penuntut ilmu dan kepada setiap muslim –yang mengetahui perkataan ini- untuk senantiasa mengikhlaskan segala macam amalan karena Allah, sebagai pengejawantahan firman Allah :

"Artinya : Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia beramal sholih dan tidak mensekutukan Allah di dalam peribadatan sedikitpun.". [Al-Kahfi : 110].

Dan di dalam shohih Muslim dari Nabi صلی الله عليه وسلم, beliau bersabda :

“Artinya : Allah Azza wa Jalla berfirman, Aku tidak butuh kepada sekutu-sekutu dari kesyirikan, barangsiapa yang beramal suatu amalan yang mensekutukan-Ku dengan selain-Ku, kutinggalkan ia dengan sekutu-Nya.”

Aku wasiatkan pula kepada tiap tholibul ‘ilm dan tiap muslim untuk takut kepada Allah سبحانه و تعالى dan merasa segala urusannya diawasi oleh-Nya, sebagai implementasi firman Allah.

“Artinya :Sesungguhnya orang-orang yang takut dengan Rabb mereka yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” [Al-Mulk : 12]

Dan firmanNya.

“Artinya : Dan bagi orang-orang yang takut dengan Tuhannya disediakan dua surga.” [Ar-Rahman : 46].

Berkata sebagian salaf, “Inti dari ilmu adalah takut kepada Allah”.

Berkata Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه, “Cukuplah takut kepada Allah itu dikatakan sebagai ilmu dan cukuplah membangkang dari-Nya
dikatakan sebagai kejahilan.”.

Berkata sebagian salaf : “Barangsiapa yang lebih mengenal Allah nsicaya dia lebih takut kepada-Nya”. Dan menunjukkan kebenaran makna ini sabda Nabi صلی الله عليه وسلم :

“Artinya : Adapun aku, demi Allah, adalah orang yang lebih takut kepada Allah daripada kalian dan aku lebih bertakwa kepada-Nya daripada kalian”. [Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim].

Oleh karena itulah, kekuatan ilmu seorang hamba terhadap Allah adalah merupakan sebab kesempurnaan takwa dan keikhlasannya, wuqufnya (berhentinya) dia dari batasan-batasan Allah dan kehati-hatiannya dari kemaksiatan.

Allah Ta’ala berfirman,

“Artinya : Sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama”. [Fathir : 28].

Maka ulama yang mengetahui Allah dan agamanya, mereka adalah manusia yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya, serta mereka adalah orang yang paling mampu menegakkan agama-Nya. Di atas mereka ada pemimpin-pemimpin mereka dari kalangan Rasul dan Nabi ‘alaihimush sholaatu was salaam- kemudian para pengikut mereka dengan lebih baik.

Nabi mengabarkan termasuk tanda-tanda kebahagiaan adalah fahamnya seorang hamba akan agama Allah. Bersabda Nabi صلی الله عليه وسلم,

“Artinya : Barangsiapa dikehendaki Allah atasnya kebaikan niscaya ia akan difahamkan akan agamanya” [Dikeluarkan di dalam shahihain dari hadits Mu’awiyah Rahiallahu ‘anhu]

Tidaklah hal yang demikian ini melainkan dikarenakan faham terhadap agama akan mendorong seorang hamba untuk menegakkan perintah Allah, untuk takut kepada-Nya dan memenuhi kewajiban-kewajiban-Nya, menghindari apa-apa yang membuat-Nya murka. Faham terhadap agama akan membawanya kepada akhlak yang mulia, amal yang baik, dan sebagai nasehat kepada Allah dan hamba-hamba-Nya.

Aku memohon kepada Allah Azza wa jalla untuk menganugerahkan kita, seluruh penuntut ilmu dan kaum muslimin seluruhnya, dengan pemahaman di dalam agama-Nya dan istiqomah di atasnya. Semoga Allah melindungi kita dari seluruh keburukan jiwa-jiwa kita dan kejelekan amal-amal kita, sesunggunya Allahlah pelindung dari hal ini dan Ia maha memiliki kemampuan atasnya.

Semoga Shalawat dan Salam tercurahkan kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi kita Muhammad, keluarganya dan sahabatnya.

[Diterjemahkan dari Mansyurat Markaz Imam Albany lid Dirasat al-Manhajiyah wal Abhatsil Ilmiyyah : Min Durori Kalimaati Samahatis Syaikh Al-Allamah Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz –rahimahullah- Nashihatu Lithullabatil ‘ilm, oleh Abu Salma bin Burhan]

#reposting

Selasa, 28 Februari 2012

Kisah Tentang Kita

Siapakah orang Zalim itu..?? Syeikh Utsman Alkhumais menceritakan: ada seorang mualllaf amerika datang ke Unaizah (tempat syeikh utsaimin). Maka orang-orang meminta beliau untuk menceritakan tentang keislamannya. Beliau setuju dengan satu syarat, yaitu penterjemah harus menterjemah setiap kata yg dia sebutkan tanpa te...rkecuali. Maka merekapun sepakat menerima ketentuan itu. Diawal ucapannya setelah didudukkan di panggung adalah:"assalamu alaikum wahai orang-orang yg zalim..." Maka penterjemah terdiam sesaat. Maka muallaf ini berkata: "Kenapa perkataanku tidak kau terjemahkan? penterjemah berkata "Hal ini tidak sopan di ucapkan." Maka dia berkata "kalau begitu aku tidak akan lanjutkan pembicaraanku." Akhirnya para hadirin menuntut penterjemah untuk menterjemahkan apa adanya. Sekalipun pahit yang dia sampaikan. Kembali muallaf ini mengucapkan salam "Assalamu alaikum wahai orang-orang yang zalim." Merekapun menjawab "wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Sang muallaf melanjutkan "Alhamdulillah Allah telah memberikan saya hidayah Islam, tetapi kedua orang tua saya mati dalam keadaan kafir, tanpa pernah mendapatkan dakwah tentang Islam. Padahal kami telah melakukan banyak hal untuk negeri kalian, kami telah datangkan untuk negeri kalian. Mobil. AC, Komputer dan lain-lain. Sementara kalian tidak pernah sampaikan pada kami agama Islam hingga kedua orang tuaku mati diatas kekafiran, dia berbicara dengan berlinangan air mata, membuat terharu para pendengar dan turut menangis. Apakah kita telah menyampaikan dakwah ini kepada semua manusia? atau malah keluarga kita lupa kita dakwahi? Apa alasan kita di hari kiamat nanti, ketika orang-orang yang seharusnya kita dakwahi menuntut kita bahwa mereka tidak pernah kita dakwahi? Semoga kita dapat mengambil pelajaran. 

~Ustadz Abu Fairuz LC

Renungan


Ibrahim bin Adham lewat di pasar Bashrah. Maka manusia mengerumuninya. Mereka berkata, "Hai Abu Ishaq kenapa kami selalu berdo'a tetapi tidak dikabulkan juga?"
Ia menjawab, "Karena hati kalian mati disebabkan 10 perkara :
1. Bahwasanya kalian mengenal Allah, tetapi kalian tdk menunaikan hakNya.
2. Kalian mengaku mencintai Rasulullah kemudian kalian tinggalkan sunnahnya.
3. Kalian membaca Al Qur'an... tetapi kalian tdk mengamalkannya.
4. Kalian makan nikmat Allah tapi kalian tdk mensyukurinya.
5. Kata kalian setan adalah musuh, tapi kalian masih saja mengikutinya.
6. Kata kalian surga itu haq, tapi kalian tdk beramal untuknya.
7. Kata kalian neraka adalah haq, tapi kalian tdk lari darinya.
8. Kata kalian kematian adalah haq, anehnya kalian tdk bersiap-siap untuknya.
9. Kalian bangun dari tidur, lalu kalian sibuk dgn 'aib2 orang lain, melupakan 'aib diri sendiri.
10. Kalian mengubur mayat2 kalian, tetapi kalian tdk mengambil pelajaran darinya.
(Al-Mustathrof 2/532).